Jatim Times Network Logo
Poling Pilkada 2024 Agama Ekonomi Gaya Hukum dan Kriminalitas Kesehatan Kuliner Olahraga Opini Otomotif Pemerintahan Pendidikan Peristiwa Politik Profil Ruang Mahasiswa Ruang Sastra Selebriti Tekno Transportasi Wisata
Poling Pilkada 2024
Pendidikan

Menteri Agama Sesalkan Tayangan Trans7: Jangan Usik Pesantren, Mereka Penjaga Peradaban Bangsa

Penulis : Anggara Sudiongko - Editor : Nurlayla Ratri

15 - Oct - 2025, 13:36

Placeholder
Menteri Agama Prof. Dr. Nasaruddin Umar, MA (Anggara Sudiongko/MalangTimes)

JATIMTIMES - Menteri Agama Prof. Dr. Nasaruddin Umar, MA menegaskan agar publik, termasuk media, tidak sembarangan menyentuh ranah pesantren. Pernyataan itu disampaikan menanggapi kontroversi tayangan di salah satu program televisi Trans7 yang dianggap melecehkan pesantren dan kiai.

“Kita sangat menyesalkan kejadian itu,” ujar Nasaruddin saat ditemui di Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim (UIN Maliki) Malang, Rabu, (15/10/2025). 

Baca Juga : Ramai Dibicarakan Usai Kontroversi Trans7, Ternyata Begini Asal-Usul Pesantren di Indonesia

Ia menyebut pihak penyelenggara program telah datang langsung ke Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri, untuk meminta maaf secara terbuka. Bahkan, permintaan maaf itu dilakukan dua kali. “Pimpinannya datang langsung dan menyampaikan bahwa itu benar-benar di luar kendali mereka. Pihak TV juga sudah mengambil tindakan tegas terhadap pihak yang terlibat,” tambahnya.

Namun bagi Nasaruddin, persoalan ini tak bisa dianggap sepele. Ia mengingatkan bahwa pondok pesantren bukan sekadar lembaga pendidikan, melainkan laboratorium moral dan peradaban bangsa. “Pesantren sudah lebih dari 300 tahun mengabdikan diri tanpa pamrih untuk menciptakan masyarakat yang beradab. Mereka tak pernah menuntut imbalan, padahal selama ini hidup mandiri tanpa sokongan besar dari negara,” ujarnya.

Menurutnya, apa yang dilakukan pesantren selama ratusan tahun merupakan fondasi yang menjaga Indonesia tetap berjiwa. “Pesantren itu tempat lahirnya nilai-nilai kemanusiaan, adab, dan keadilan. Mereka mengajarkan kesantunan, bukan keserampangan,” kata Nasaruddin. Ia menegaskan, mengusik pesantren sama saja dengan mengganggu jantung peradaban bangsa.

Lebih jauh, Nasaruddin menyoroti pentingnya menghormati peran pesantren dalam membentuk wajah Indonesia yang damai dan berkarakter. “Kita harus berterima kasih. Tanpa pesantren, belum tentu Indonesia merdeka. Tanpa pesantren, mungkin kita tak akan punya masyarakat seberadab ini,” tuturnya dengan penekanan penuh makna.

Menag pun berharap kasus serupa tidak terulang lagi di masa mendatang. Ia mengajak semua pihak, terutama media, untuk lebih sensitif dan memahami nilai yang dijaga oleh pesantren. “Jangan jadikan pesantren sebagai objek sensasi. Jadikan mereka sumber inspirasi, karena dari pesantrenlah lahir ketenangan publik dan peradaban bangsa,” tegasnya.

Sebelum mengakhiri pernyataannya, Nasaruddin kembali menekankan bahwa pesantren adalah benteng moral bangsa yang tak boleh disentuh dengan sembarangan. “Mari kita belajar berterima kasih. Hargai jasa pesantren, hargai para kiai. Karena dari merekalah lahir keadaan publik yang beradab,” pungkasnya.

Untuk diketahui sebelumnya, salah satu stasiun televisi nasional, TRANS7, tengah menuai kritik publik setelah programnya Xpose Uncensored menayangkan segmen yang dinilai menyinggung Pondok Pesantren Lirboyo di Kediri, Jawa Timur, beserta pengasuhnya, KH. Anwar Manshur.

Baca Juga : Minimarket Tanpa Izin di Lowokwaru Disorot Dewan, Satpol PP: Kami Sudah Panggil Pengelola

Segmen yang tayang pada 13 Oktober 2025 itu langsung memantik reaksi keras, bukan hanya dari kalangan Lirboyo, tetapi juga dari masyarakat luas, terutama para santri yang merasa harga diri mereka direndahkan. Gelombang kekecewaan tersebut bahkan menjalar ke media sosial dengan munculnya tagar #BoikotTRANS7, yang menjadi trending dan ramai diperbincangkan.

Pemicu kemarahan itu adalah salah satu episode yang memuat judul bernada provokatif: “Santrinya Minum Susu Aja Kudu Jongkok, Emang Gini Kehidupan Pondok?”. Terlebih lagi narasi dari narator juga menyudutkan ponpes ke arah negatif.
Kalimat tersebut dianggap tidak pantas dan menampilkan citra keliru tentang kehidupan pesantren.

“Ketemu kiai nya masih ngesot dan cium tangan. Dan ternyata yang ngesot itulah yang ngasih amplop. Netizen curiga bahwa bisa jadi inilah kenapa sebagian kiai makin kaya raya,” ucap narator dari tayangan tersebut.

Beragam pihak menilai tayangan itu telah melampaui batas etika jurnalistik dan menyerempet pada pelecehan terhadap kiai serta lembaga pendidikan pesantren. Gaya penyajiannya dianggap menstigma kehidupan santri dan berpotensi memunculkan persepsi negatif di tengah masyarakat.


Topik

Pendidikan boikottrans7 pondok pesantren lirboyo himasal xpose trans7 uin maliki menteri agama nasaruddin



JatimTimes Media Terverifikasi Dewan Pers

UPDATE BERITA JATIM TIMES NETWORK

Indonesia Online. Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari JatimTIMES.com dengan klik Langganan Google News Jatimtimes atau bisa menginstall aplikasi Malang Times News melalui Tombol Berikut :


Penulis

Anggara Sudiongko

Editor

Nurlayla Ratri

Pendidikan

Artikel terkait di Pendidikan