JATIMTIMES - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menyampaikan keyakinan kuat bahwa gencatan senjata di Jalur Gaza, yang resmi dimulai pada Jumat (10/10/2025) waktu setempat, akan mampu bertahan dalam jangka panjang. Menurutnya, baik Israel maupun Hamas kini sama-sama lelah berperang setelah berbulan-bulan konflik yang menimbulkan kehancuran besar dan korban jiwa di kedua belah pihak.
“Ini akan bertahan. Saya pikir ini akan bertahan. Mereka semua lelah bertempur,” ujar Trump kepada wartawan di Washington DC, sebagaimana dilaporkan oleh AFP, Sabtu (11/10/2025).
Baca Juga : Firasat Orang Beriman, Cahaya yang Menembus Gelap Kebenaran
Pernyataan tersebut muncul di tengah upaya diplomatik intensif yang dilakukan pemerintahan Trump untuk mendorong stabilitas di Timur Tengah. Gencatan senjata ini menjadi tahap pertama dari rencana perdamaian Gaza yang disusun langsung oleh Trump dan tim penasihat keamanannya.
Dalam kesempatan yang sama, Trump mengonfirmasi rencananya untuk melakukan kunjungan diplomatik ke Israel dan Mesir pada akhir pekan ini. Lawatan tersebut menjadi yang pertama sejak dirinya kembali menjabat sebagai Presiden AS.
Trump menyebut dirinya akan bertemu dengan sejumlah pemimpin Arab di Kairo pada Senin (13/10/2025) untuk membahas langkah lanjutan dalam proses perdamaian Gaza, termasuk rekonstruksi wilayah yang hancur akibat perang. Ia menambahkan bahwa pertemuan itu kemungkinan akan digelar di ibu kota Mesir, Kairo, dan dihadiri oleh beberapa kepala negara dari kawasan Timur Tengah.
“Saya akan bertemu banyak pemimpin di Kairo untuk membicarakan masa depan Gaza. Kita akan mencari jalan keluar yang adil dan damai bagi semua pihak,” ucap Trump.
Selain Mesir, Trump juga dijadwalkan berpidato di hadapan parlemen Israel pada hari yang sama. Dalam pidatonya nanti, ia disebut akan menekankan komitmen Amerika Serikat terhadap keamanan Israel sekaligus menyerukan agar negara Yahudi tersebut mendukung upaya perdamaian jangka panjang.
Rencana Perdamaian 20 Poin untuk Gaza
Trump sebelumnya, pada 29 September 2025, telah mengumumkan sebuah rencana perdamaian komprehensif berisi 20 poin utama untuk mengakhiri konflik Gaza. Rencana itu menjadi dasar dari kesepakatan gencatan senjata yang kini tengah berlaku.
Tahap pertama dari rencana tersebut meliputi:
• Pembebasan semua sandera Israel yang ditahan oleh Hamas,
• Pembebasan sekitar 2.000 tahanan Palestina,
• Gencatan senjata permanen antara Israel dan Hamas,
• Penarikan pasukan Israel dari seluruh wilayah Jalur Gaza.
Sementara tahap kedua dari rencana perdamaian itu menyoroti pembentukan pemerintahan baru di Gaza tanpa keterlibatan Hamas, serta pendirian pasukan keamanan gabungan yang terdiri dari warga Palestina, dan perwakilan negara-negara Arab serta Muslim.
Selain itu, rencana tersebut juga menyerukan perlucutan total senjata militer Hamas, yang dianggap sebagai langkah penting untuk mencegah terulangnya eskalasi konflik di masa mendatang.
Baca Juga : Arya Rangga: Adik Diponegoro, Pertapa Politik dan Pewaris Semangat Perlawanan
Trump menyatakan bahwa dirinya sangat optimistis terhadap prospek perdamaian di kawasan Timur Tengah setelah gencatan senjata Gaza diberlakukan. Menurutnya, banyak negara di kawasan tersebut mulai menunjukkan keinginan untuk berdialog dan bekerja sama, bukan terus-menerus berkonflik.
“Sekarang kita memiliki beberapa titik panas kecil, tetapi sangat kecil... Akan sangat mudah dipadamkan. Api-api itu akan dipadamkan dengan sangat cepat,” tutur Trump dengan nada percaya diri.
Ia juga menambahkan bahwa gencatan senjata ini tidak hanya sekadar penghentian perang, melainkan langkah awal menuju perubahan politik besar di Timur Tengah. Pemerintahannya, kata Trump, akan terus memantau pelaksanaan kesepakatan tersebut dan menyediakan bantuan kemanusiaan serta dukungan rekonstruksi untuk warga Gaza.
Dukungan dan Respons Internasional
Beberapa negara dan organisasi internasional menyambut positif pernyataan Trump. Sekretaris Jenderal PBB, dalam pernyataan resminya, menyebut kesepakatan ini sebagai “peluang berharga untuk menghentikan spiral kekerasan di Gaza.”
Sementara itu, Mesir dan Qatar yang turut berperan sebagai mediator, menilai keterlibatan langsung Trump dalam proses perdamaian dapat mempercepat langkah menuju solusi politik yang lebih permanen.
Namun, sejumlah pengamat politik menilai bahwa keberhasilan rencana ini sangat bergantung pada implementasi di lapangan. Masih ada tantangan besar, terutama dalam memastikan stabilitas keamanan dan penerimaan semua pihak terhadap mekanisme pemerintahan baru di Gaza.
Analisis: Langkah Politik dan Diplomatik Trump
Langkah Trump ini juga dipandang sebagai manuver politik berani di tengah tahun-tahun penting masa pemerintahannya. Dengan menampilkan diri sebagai tokoh kunci perdamaian Timur Tengah, Trump berpotensi mendongkrak citra internasionalnya sekaligus mengembalikan pengaruh global Amerika Serikat yang sempat meredup dalam beberapa tahun terakhir.
Analis hubungan internasional menilai, jika rencana perdamaian ini berhasil dijalankan, Trump akan mencatat prestasi diplomatik terbesar dalam sejarah modern AS di kawasan Timur Tengah — setara atau bahkan melampaui Abraham Accords yang pernah disepakatinya pada masa lalu.