JATIMTIMES - Kekhawatiran akan terganggunya kondusivitas di Kota Malang atas terjadinya unjuk rasa sempat berimbas pada anjloknya okupansi hotel. Hal tersebut terutama terjadi saat akhir pekan lalu.
Seperti yang diketahui, demo berujung kericuhan sempat terjadi pada akhir pekan lalu di Polresta Malang Kota. Aksi demo yang awalnya berlangsung tertib di Alun-Alun Merdeka Kota Malang pada Jumat (29/8/2025) lalu berubah menjadi ricuh saat aksi bergeser di Polresta Malang Kota hingga menjelang Sabtu (30/8/2025) dini hari.
Baca Juga : Pastikan Kondusif, Aktivitas Sekolah dan ASN di Kota Malang Berangsur Normal
"Semoga Malang semakin kondusif. Sehingga sektor yang berpengaruh pada ekonomi, contoh perhotelan, bisa bangkit. Karena informasi dari PHRI, dua hari terakhir ada penurusan okupansi," jelas Kepala Dinas Kepemudaan, Olahraga dan Pariwisata (Disporapar) Kota Malang Baihaqi, Selasa (2/9/2025).
Dari data dan laporan yang ia terima, ada beberapa tamu di sejumlah hotel yang membatalkan booking. Ia pun cukup menyayangkan hal tersebut. Sebab, daerah seperti Kota Malang cukup bertopang pada kunjungan wisatawan sebagai penggerak ekonomi.
"Ada yang booking tiba-tiba cancel, mereka ke Malang pasti bawa uang, pasti belanja. Penurunannya lumayan timggi, karena ancaman ketertiban itu kan eskalasinya skala nasional. Kota Malang sebagai jujugan, tentu itu (kunjungan wisatawan) sangat berpengaruh," terang Baihaqi.
Penurunan okupansi hotel yang terjadi bahkan disebut hampir mencapai 50 persen. Namun menurutnya, selama dua hari terakhir kondisi tersebut sudah berangsur pulih. Ia pun berharap agar kondusivitas di Kota Malang terus membaik.
"Alhamdulillah dua hari terakhir aman. Semoga daya upaya yang dilakukan seluruh jajaran instansi dan masyarakat bisa segera pulih," imbuh Baihaqi.
Tak hanya pada tingkat okupansi hotel saja. Baihaqi khawatir jika kondusivitas tak segera pulih, maka akan turut berimbas pada hal lain di sektor penggerak perekonomian, seperti kuliner dan hal lain yang berhubungan dengan kepariwisataan.
"Bagi Kota Malang, okupansi hotel sangat berpengaruh terhadap penerimaan pajak dan sektor lain, seperti sektor belanja, kuliner, jasa. Karena wisatawan datang, itu pasti menggunakan jasa lokal baik transportasi, tour guide, belanja dan kuliner," kata Baihaqi.
Sementara, menurut Ketua Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Kota Malang Agoes Basoeki, tingkat keterisian kamar hotel yang biasanya mencapai 40–70, bahkan 80 persen, kini hanya tinggal sekitar 10 persen.
Baca Juga : Berikut Barang Diduga Raib saat Perusakan Pos Polisi Kebonagung
"Yang jelas, dari kejadian beberapa hari ini, menurut laporan dari teman-teman omzetnya jadi menurun. Hancur,” kata Agoes.
Dampak tersebut terutama dirasakan bagi beberapa hotel yang berada di pusat Kota Malang. Tingkat keterisian yang pada hari biasa relatif tinggi, kini jauh merosot hingga hanya tersisa sebagian kecil.
"Beberapa hotel yang ada di tengah kota biasanya juga full terus, sekarang tinggal 10 persen keterisiannya mulai dengan hari ini," ungkapnya.
Menurut Agoes, suasana yang sempat mencekam membuat sejumlah pelaku usaha hotel dan restoran juga memilih menutup sementara kegiatan. Meski begitu, PHRI mengimbau agar tetap beroperasi seperti biasa karena rencana aksi demonstrasi bukan ditujukan kepada sektor usaha tersebut.
Dikatakannya, aparat keamanan juga telah bersiaga di sejumlah titik untuk mengantisipasi kerawanan. Karena itu, PHRI menekankan agar operasional usaha tetap berjalan.