Jatim Times Network Logo
Poling Pilkada 2024 Agama Ekonomi Gaya Hukum dan Kriminalitas Kesehatan Kuliner Olahraga Opini Otomotif Pemerintahan Pendidikan Peristiwa Politik Profil Ruang Mahasiswa Ruang Sastra Selebriti Tekno Transportasi Wisata
Poling Pilkada 2024
Pendidikan

Ketika Doa Seorang Ibu Menguji Iman: Kisah Juraij dan Fitnah yang Mengguncang

Penulis : Anggara Sudiongko - Editor : Nurlayla Ratri

24 - Oct - 2025, 10:40

Placeholder
Ilustrasi Juraij dikenal bukan karena kekayaannya, tapi karena keteguhan hatinya dalam beribadah (ist)

JATIMTIMES - Dalam catatan panjang kisah para ahli ibadah, nama Juraij dikenal bukan karena kekayaannya, tapi karena keteguhan hatinya dalam beribadah. Namun, takdir memberinya ujian yang datang dari arah paling tak terduga, doa seorang ibu yang kecewa, dan fitnah seorang perempuan yang sakit hati.

Suatu hari, saat Juraij tengah larut dalam salatnya, sang ibu datang memanggil. Suaranya menggema di antara dinding tempat ibadah kecil yang dibangun Juraij. Tapi Juraij ragu: harus menjawab panggilan ibunya, atau tetap khusyuk dalam ibadahnya? Dalam batinnya ia berucap, “Ya Rabbi, ibuku atau salatku?” dan ia memilih untuk menuntaskan salatnya.
Sang ibu pun pergi.

Baca Juga : Pemilihan Ketua OSIS SMP Negeri 2 Sumbergempol, Ajang Unjuk Kreasi Budaya Siswa

Peristiwa itu terjadi bukan sekali. Tiga kali ibunya datang memanggil di waktu yang berbeda, dan tiga kali pula Juraij memilih menyelesaikan salatnya. Hingga akhirnya sang ibu, dengan hati yang terluka, menengadah dan berdoa, “Ya Allah, jangan Engkau cabut nyawanya sebelum ia melihat wajah para wanita pezina.” Doa itu menjadi awal dari cobaan besar yang tak disangka.

Waktu berlalu. Nama Juraij makin harum sebagai sosok alim dan penuh hikmah. Setiap hari masyarakat datang menimba ilmu darinya. Tapi di balik kekhusyukan itu, ada seorang wanita yang memandangnya dengan niat tak suci. Ia cantik, pandai bersandiwara, dan merasa tertantang oleh keteguhan seorang laki-laki yang tak memandangnya sama sekali.

Suatu ketika, saat Juraij tengah beribadah, perempuan itu masuk ke tempatnya tanpa izin. Dengan suara lembut yang berbalut godaan, ia berkata, “Aku mengagumimu, Juraij. Aku ingin bersamamu." Namun, godaan itu ditolak mentah-mentah. Juraij menundukkan pandangan dan memintanya pergi. Tapi penolakan itu justru melahirkan dendam.

Keesokan harinya, wanita itu menjerat seorang penggembala kambing dalam perzinaan. Berbulan-bulan kemudian, ia melahirkan bayi dari hubungan itu, dan di situlah rencana fitnahnya dimulai.

“Wahai semua warga!” seru perempuan itu di hadapan kerumunan. “Selama ini kalian menganggap Juraij orang saleh. Tapi ketahuilah, bayi ini adalah hasil perbuatannya. Ia telah memperkosaku berulang kali!”

Gempar. Desa yang dulu memuja Juraij kini berubah menjadi lautan amarah. Tanpa bertanya, mereka mendatangi tempat ibadahnya, menyeret Juraij, dan menuduhnya sebagai penzina.

“Benarkah engkau pelakunya?” tanya kepala warga.
“Demi Allah, aku tidak pernah menyentuhnya,” jawab Juraij tenang. Tapi suaranya tenggelam di antara tuduhan yang bergema.

Baca Juga : NU Kota Malang Bangun Satgas Anti-Pinjol dan Judol: Gerakan Santri Lawan Jerat Digital

Mereka menjatuhkan vonis sebelum memberi ruang bagi kebenaran. “Bayi itu bukti dosamu,” kata kepala warga, memerintahkan hukuman rajam. Juraij hanya memohon satu hal, “Izinkan aku salat dua rakaat.”

Dalam sujudnya, ia menyerahkan semua kepada Allah. Usai berdoa, ia mendekati bayi yang digendong perempuan itu. Dengan penuh keyakinan ia berkata, “Wahai bayi, dengan izin Allah, katakanlah siapa ayahmu.”

Dan yang terjadi setelahnya membuat dunia terdiam. Bayi yang baru beberapa hari lahir itu membuka mulutnya dan bersuara, “Ayahku adalah seorang penggembala kambing.”

Sunyi. Lalu riuh. Warga menatap satu sama lain, tak percaya, tapi juga tak bisa menyangkal. Seorang bayi berbicara, membela orang yang difitnah. Fitnah pun sirna. Nama Juraij kembali bersih, sementara perempuan yang menuduhnya menanggung malu. Doa sang ibu, bahwa anaknya akan melihat wajah para pelacur, ternyata benar adanya, tapi dalam bentuk ujian yang meneguhkan imannya, bukan menjatuhkannya.

Kisah Juraij menjadi pelajaran abadi: bahwa ketaatan bisa diuji bukan hanya oleh dunia, tapi juga oleh cinta seorang ibu dan bisikan kebohongan manusia. Namun, di balik semua itu, ada keajaiban yang mengingatkan, bahwa kebenaran selalu punya cara untuk bersuara, bahkan lewat tangisan seorang bayi.


Topik

Pendidikan kisah teladan juraij doa seorang ibu fitnah



JatimTimes Media Terverifikasi Dewan Pers

UPDATE BERITA JATIM TIMES NETWORK

Indonesia Online. Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari JatimTIMES.com dengan klik Langganan Google News Jatimtimes atau bisa menginstall aplikasi Malang Times News melalui Tombol Berikut :


Penulis

Anggara Sudiongko

Editor

Nurlayla Ratri