Jatim Times Network Logo
Poling Pilkada 2024 Agama Ekonomi Gaya Hukum dan Kriminalitas Kesehatan Kuliner Olahraga Opini Otomotif Pemerintahan Pendidikan Peristiwa Politik Profil Ruang Mahasiswa Ruang Sastra Selebriti Tekno Transportasi Wisata
Poling Pilkada 2024
Peristiwa

Soal Kasus Viral Yai Mim vs Sahara, Farhat Abbas: Dua-duanya Perlu ke Psikiater!

Penulis : Binti Nikmatur - Editor : A Yahya

09 - Oct - 2025, 16:47

Placeholder
Kolase foto Imam Muslimin atau yang dikenal sebagai Yai Mim dan Nurul Sahara. (Foto: istimewa)

JATIMTIMES - Kasus panas antara Yai Mim dan Sahara yang ramai di media sosial belakangan ini turut menarik perhatian pengacara kondang, Farhat Abbas. Dalam pernyataannya, Farhat menilai persoalan keduanya sebenarnya tidak perlu sampai menjadi konsumsi publik, apalagi sampai dibawa ke ranah hukum.

Menurut Farhat, konflik antar tetangga seperti ini sejatinya bisa diselesaikan secara kekeluargaan. “Sebenarnya perkara ini simple, simple bagi saya,” ujar Farhat, dikutip YouTube Intense Investigasi, Kamis (9/10/2025).

Baca Juga : Sahara Beberkan Dapat Pelecehan Seksual Berkali-kali dari Yai Mim

Farhat mengatakan Yai Mim dikenal sebagai sosok berilmu tinggi. “Yai Mim ini adalah orang yang punya kemampuan di atas rata-rata, mengajar, kemampuan sosial, filsafat, pengetahuan agama, serta pengalaman,” katanya.

Namun, ia menyayangkan bahwa permasalahan ini justru berkembang menjadi polemik publik. “Sebenarnya persoalan ini sangat mudah. Menghadapi manusia yang cerewet itu lebih mudah daripada menghadapi anjing gila yang mengandung penyakit rabies,” ucap Farhat.

Ia menilai, jika persoalan manusia tidak bisa dibereskan secara baik-baik, maka kemungkinan besar masalahnya bukan pada lingkungan, melainkan pribadi masing-masing. “Artinya, saya berharap kemarin Yai Mim ketika mendapat dukungan dari kita, Yai Mim tidak usah lagi meladenin. Saya menilai di sini ada pola perilaku yang angin-anginan, bukan ingin-inginan,” ujarnya.

Lebih lanjut, Farhat menyebut akar masalah antara Yai Mim dan Sahara bukan pada persoalan hukum semata, tetapi pada kondisi emosional keduanya. Ia pun memberi saran yang cukup menohok.

“Sahara sudah minta maaf, suaminya sudah selesai, stop. Tapi masih dicari masalah sama Yai Mim. Saya menyarankan masing-masing ke psikiater, (konsultasi) tentang kenapa marah, kenapa nggak bisa kontrol emosi,” tegas Farhat.

Menurutnya, pertemuan dengan psikiater atau psikolog bukan berarti keduanya mengalami gangguan jiwa, tetapi sebagai bentuk introspeksi diri agar tidak larut dalam konflik berkepanjangan. “Ini masalah bertetangga, bukan berarti kalau ke psikiater itu mau cerai atau berantem, tapi biar sama-sama tahu cara mengendalikan emosi,” sambungnya.

Dalam pandangannya, Farhat juga melihat potensi hukum dari perkara ini. Ia menilai, baik Yai Mim maupun Sahara sama-sama berpeluang menghadapi konsekuensi hukum jika tidak hati-hati dalam bersikap.

“Kalau saya lihat ini, ya ini Yai Mim berpeluang untuk dipenjara, Sahara juga berpeluang untuk dipenjara. Jangan sampai di penjara dua-dua, baru menangis,” kata Farhat.

Bahkan, ia sempat mencurigai ada kemungkinan keduanya justru bermain sandiwara demi popularitas. “Saya curiga mereka ini bekerja sama, pura-pura baik, pura-pura ribut, dengan tujuan untuk popularitas, viewers, followers, dan ekonomi juga,” ujarnya blak-blakan.

Sebagai pengacara, Farhat juga menegaskan bahwa dirinya telah memberi nasihat agar Yai Mim menahan diri dalam berucap di publik. “Saya memang membela Yai Mim, tapi saya menyarankan kepada Yai Mim untuk tidak menggunakan kata-kata yang sifatnya provokatif,” ujarnya.

Baca Juga : Belum Bebas, Ammar Zoni Kembali Terjerat Kasus Narkoba: Diduga Edarkan Barang Haram dari Penjara

Farhat juga menyoroti pernyataan Yai Mim yang sempat mengucapkan “saya siap perang”. “Tahu nggak kalimat perang? Kalau hanya tetangga dengan tetangga, itu bukan perang, itu namanya cekcok. Ketersinggungan atau salah paham, jangan dibawa perang,” tegasnya.

Menurut Farhat, dalam kasus seperti ini opini publik sangat berpengaruh. “Siapa yang paling pintar main playing victim, dia nanti akan menarik simpati publik. Tapi jangan khawatir, masyarakat sekarang sudah mulai tahu,” ucapnya.

Ia menilai dukungan terhadap Yai Mim tidak sepenuhnya solid. “Saya yakin yang mendukung Yai Mim juga nggak 100% mendukungnya. Mungkin ada benarnya, mungkin juga tidak,” imbuhnya.

Farhat kemudian menyinggung soal isu rekaman video yang disebut-sebut sebagai bukti dalam kasus ini. “Kalau Sahara bisa membuktikan dan saksi-saksi yakin bahwa memang ada rekaman video yang ditemukan tentang pornografi, itu sangat membahayakan. Tapi kalau tidak terbukti, yang berbahaya justru Sahara dan suaminya karena membuat opini negatif terhadap Yai Mim,” jelasnya.

Di sisi lain, Farhat juga tak menutup mata terhadap sikap Yai Mim yang kerap dianggap memancing emosi publik. “Jangan kuping tipis, saya melihat Yai Mim agak labil, tidak konsisten, cenderung suka membuat orang marah, memancing. Kemudian (Yai Mim) dimaki-maki, Indonesia marah. Padahal yang memulai dia (Yai Mim),” ujarnya lugas.

Ia menegaskan, kasus seperti ini tidak perlu dibela dengan banyak pengacara. “Apakah wajar kasus seperti ini dibela seribu pengacara? Buang-buang waktu pengacara,” tegas Farhat.

Menutup pernyataannya, Farhat menyampaikan nasihat kepada Yai Mim. “Yai Mim harus menjadi dosen, tidak hanya di kampus, tapi juga di pekarangan rumahnya. Kalau perlu dosen di dalam kamar,” ucapnya.

Namun, ia menekankan bahwa maksudnya bukan dosen mengajar secara akademik, melainkan mengasah kepribadian. “Bukan mengajar, tapi memiliki sifat tata krama dan kepribadian yang bermartabat dalam membina hubungan rumah tangga maupun dengan tetangga,” pungkas Farhat Abbas.


Topik

Peristiwa yai mim sahara yai mim vs sahara farhat abbas kasus yai mim kasus sahara



JatimTimes Media Terverifikasi Dewan Pers

UPDATE BERITA JATIM TIMES NETWORK

Indonesia Online. Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari JatimTIMES.com dengan klik Langganan Google News Jatimtimes atau bisa menginstall aplikasi Malang Times News melalui Tombol Berikut :


Penulis

Binti Nikmatur

Editor

A Yahya