Pameran The World of Pictolo: Ketika Alter Ego Mewakili Perjalanan Eksistensi Manusia dalam Berbagai Bentuk
Reporter
Prasetyo Lanang
Editor
Dede Nana
28 - Oct - 2025, 03:02
JATIMTIMES - Karakter visual yang dambarkan dalam tubuh kurus berkepala bulat dengan mata oval yang lucu menghiasi Galeri Raos sejak Sabtu, 25 Oktober 2025 lalu. Ialah Pictolo, wujud alter ego seorang seniman bernama Watonisays yang dipamerkan melalui karya beragam media.
Ada sekitar 30 karya ditampilkan dalam pameran tunggal tersebut. Rata-rata, karya dibuat relatif karya baru yang diproduksi beberapa bulan lalu. Meski ada karya yang merupakan visualisasi pertama karakter Pictolo sejak tahun 2016 silam.
Baca Juga : Pemuda, Arah Bangsa, dan Tantangan Era Digital: Pesan Sumpah Pemuda dari Wali Kota Blitar Mas Ibin
Bagi Watonisays alias Watoni sang creator Pictolo, pameran itu bukan sekadar ajang menyuguhkan visual, melainkan wacana filosofis tentang alter ego yang dipadukan dengan seni budaya pop. Melalui karakter ikonik Pictolo, pameran ini mengajak siapa saja yang mengapresiasi untuk merenungkan diri dalam dinamika sosial yang kompleks.
"Sebenarnya tidak ada karya yang temanya rumit. Tapi luas saja terkait dengan kondisi sekitar. Seperti negara ini, dan sosial budayanya," jelas Watoni saat ditemui JatimTIMES, Selasa (28/10/2025).
Tentang proses menuju karyanya yang sekarang, Watoni menjelaskan bahwa Pictolo secara fisik ada sedikit perubahan. Sebagai alter ego dirinya, ia merepresentasikan kebebasan secara visual, pengetahuan, dan imajinasi yang diluapkan pada tokoh tersebut.

Seperti imajinasi dan kritik sosialnya dalam karya berjudul Pictolo di Persimpangan Democrazy. Yakni menggambarkan kegilaan demokrasi di negeri ini yang tidak baik-baik saja. Ada pula karya dengan gambaran hidung-hidung panjang Pictolo yang memviualisasikan krisis di lingkungan sosial yang sarat kebohongan.
"Seperti menunjukkan banyak kebohongan di negara kita," sebutnya.
Ia juga menjelaskan jika karakternya sudah tidak dilengkapi mulut di bagian wajah. Yang mana sengaja diubah karena manusia semakin ke sini menunjukkan selalu ada yang perlu disembunyikan.
Karya lain yang cukup menarik adalah instalasi loker berjudul "YO DIDELOK YO DIKEKER (LOCKER)" yang membawa pada renungan mendalam: betapa seringnya manusia hanya melihat permukaan tanpa benar-benar memahami atau menyimpan makna di baliknya. Filosofi Jawa yang sederhana namun kaya makna ini mengingatkan untuk tidak terburu-buru menilai dalam kehidupan sehari-hari.
Baca Juga : Brawijaya Entrepreneur Festival 2025: Dari Kampus, Lahir Generasi Wirausaha Muda Unggul
Pengunjung diajak untuk menjadi penonton aktif, yang bukan sekadar menatap tetapi juga mencerna setiap pesan dan geliat emosi yang ditorehkan sang seniman.

Dikatakan Watoni, sebagian besar karya juga sudah sempat dipamerkan dalam pameran tunggal di Yogyakarta pada Juli dan Agustus lalu. Dirinya bermaksud membawa pulang karya sekaligus menggelar pameran sendiri di Kota Batu.
Dirinya memilih untuk membuat karya dari media yang sangat beragam. Mulai dari cat minyak, krayon, pensil, kardus dan selotip, hingga ilustrasi digital.
"Di masing-masing karya juga tidak disematkan judul dan keterangan tersendiri. Tujuannya agar siapa saja bisa bebas mengambil interpreasi masing-masing," tutur Watoni.
Untuk diketahui pameran tersebut berlangsung hingga 3 November 2025, dengan beberapa rangkaian agenda, salah satunya artist talk pada Rabu, 29 Oktober 2025 juga workshop pada 2 November 2025. Dalam Galeri, sang kreator juga menjual beragam merchandise dari gantungan kunci, pajangan, hingga kaos dan jaket.
