Maniak Seks, Dijuluki Serigala Betina dan Mampu Bercinta dengan 25 Lelaki Sekaligus
Reporter
Dede Nana
Editor
Yunan Helmy
24 - Feb - 2019, 06:33
Sejarah kerap mencatat berbagai sisi kelam manusia. Dari yang paling abnormal dalam ukuran manusia normal sampai pada tindakan-tindakan keji hanya untuk memuaskan birahi seksualnya. Seperti yang dilkukan seorang perempuan yang dicatat sejarah dengan tinta hitam bernama Valeria Messalina.
Bukan sembarang perempuan. Messalina yang lahir tanggal 25 Januari 17 atau 20 adalah istri ketiga dari Kaisar Claudius, kaisar Kerajaan Romawi. Perempuan dengan gelimpang harta dan tentunya kekuasaan. Sayangnya, di tengah segala yang dimiliki perempuan yang dikisahkan memiliki paras sangat cantik tersebut, ada kelainan dalam mengekspresikan kebutuhan seksualnya.
Reputasi Messalina yang dikenal adalah jejak seksualnya yang menyimpang dan liar. Bahkan, berbagai tulisan menyebutnya sebagai seorang perempuan bejat yang menghalalkan segala cara agar dirinya bisa memuaskan hasrat ranjangnya yang gila.
Maka, julukan Serigala Betina yang dirinya sendiri pakai sangat cocok menggambarkan sosok istri ketiga sang kaisar Romawi ini. Ini dicatat dalam Kitab X Naturalis Historia karya Plinius, yakni Messalina pernah mengadakan kompetisi seks.
Kompetisi bersetubuh dalam waktu sehari atau 24 jam dengan catatan pemenangnya adalah perempuan yang kuat melayani para pekerja seks berjenis kelamin laki-laki. Hasilnya, sang Serigala Betina yang keluar menjadi juaranya. Dirinya mampu melayani 25 laki-laki di ranjang dalam waktu 24 jam.
Bukan hanya kompetisi seks yang membuat Messalina dijuluki istri terbejat dalam sejarah. Dirinya juga memiliki aktivitas nyeleneh sebagai seorang istri yang memiliki berbagai kekayaan harta benda. Iuvenalis dalam karyanya Satire VI menuliskan bahwa ia pernah bekerja diam-diam sepanjang malam di sebuah rumah pelacuran. Tentunya bukan persoalan uang yang dicari sang Serigala Betina tersebut. Tapi kepuasan seksual yang dia cari. Dirinya dicatat juga sebagai pemilik rumah pelacuran dengan para pekerja seks kelas satu di zamannya.
Tidak hanya itu. Messalina juga dikenal sebagai penggoda para lelaki yang telah memiliki istri. Seperti bagaimana Messalina menggoda senator Gaius Silius untuk menceraikan istrinya agar menikahi Messalina. Bukan sebagai suami tapi hanya simpanannya, seperti yang dilakukan kepada para lelaki lainnya. Nafsu seks yang di luar batas nalar manusia normal dilengkapi dengan sifat kejinya dalam mempertahankan kekuasaan.
Konon, Messalina yang doyan seks ternyata juga menginginkan hubungan badan dengan ayah mertuanya yang bernama Appius Silanus. Hasrat seksual gilanya tentu saja ditolak mentah-mentah oleh Appius. Mendapat penolakan tersebut, maka Messalina pun menghasut suaminya, Cladius, untuk membunuh ayahnya sendiri dengan tipu muslihat. Si Serigala Betina ini menyampaikan berkali-kali bermimpi Appius menikam Cladius.
Tidak berhenti di sana. Messalina pun yang takut kekuasaannya digeser oleh kehadiran para keponakan suaminya yang bernama Julia Livilla dan Agrippina. Dirinya pun merancang skenario keji atas keduanya agar diasingkan kembali ke luar istana. Messalina menyebarkan fitnah perselingkuhan serta kembali berhasil mengelabui Cladius yang terlalu sayang sama istrinya. Julia pun kembali diasingkan. Sedangkan Agrippina karena tunduk pada Messalina tidak jadi dihukum.
Tapi sepandai-pandainya Messalina menutupi segala kekejian serta tingkah seksualnya, akhirnya ketahuan juga. Messalina kepergok selingkuh dengan Gaius Silius oleh Cladius. Sontak saja sang kaisar Romawi ini marah besar. Walau sejarah mencatat berbagai versi atas kematian sang Serigala Betina, yakni dihukum gantung atau dibunuh langsung oleh Cladius, sepak terjangnya terhenti dengan peristiwa tersebut.
Senat Romawi kemudian memerintahkan damnatio memoriae terhadap Messalina. Sehingga namanya dihapus dari seluruh tempat umum dan pribadi serta seluruh patungnya dirobohkan.
Sejarah lainnya mencatat, seperti dalam tulisan Harriet I Flower dengan judul The Art of Forgetting: Disgrace and Oblivion in Roman Political Culture, University of North Carolina, bahwa peristiwa hukuman mati Messalina didasarkan pada intrik politik kekuasaan di dalam istana. Bahkan, tuduhan perilaku seksual di luar kenormalan merupakan sebuah fitnah yang disebabkan ketidaksukaan kalangan istana dan keluarga kerajaan dalam politik.
Sejarawan lainnya juga menyebutkan bahwa kisah-kisah mengenai kegemarannya dalam urusan ranjang dengan puluhan pria merupakan sanksi politik bagi Messalina setelah kematiannya.